Fawaid

APA SIKAP KITA TERKAIT DENGAN TAHDZIR ASY-SYAIKH ‘UBAID terhadap ASY-SYAIKH DR. AHMAD BAZMUL – 2 –

Dari jawaban al-Ustadz Luqman Ba’abduh hafizhahullah

dalam Tanya Jawab Kajian “Memetik Pelajaran Penting dari Kitab “ASY-SYARI’AH” di Balikpapan.
30 Muharram 1436 H
ditranskrip dengan sedikit penyesuaian

Alhamdulillah. Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali menasehati untuk mengembalikan permasalahan tersebut kepada Para Ulama. asy-Syaikh ‘Ubaid adalah ulama dan ayah kita.
Ketika beliau (asy-Syaikh ‘Ubaid) mentahdzir asy-Syaikh Ahmad Bazmul, beliau BUKAN mentahdzir manhajnya. Hanya saja ada beberapa sikap yang dipandang oleh asy-Syaikh ‘Ubaid SALAH dari asy-Syaikh Ahmad. Mungkin beliau telah menempuh langkah-langkah sebelumnya. Namun, kesalahan tetap muncul kesalahan tersebut. (tak terhindarkan).
Asy-Syaikh Ahmad sendiri menyadari hal itu alhamdulillah, berterima kasih, dan mensyukuri adanya tahdzir tersebut. Tetapi tahdzir itu bukan terhadap manhajnya.

Adapun kesalahan, maka itu bisa terjadi pada seseorang. Seperti, ketika Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu – salah seorang dari kalangan fuqaha shahabat – yang mengimami shalat suatu kaum dan menyebabkan munculnya fitnah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:
[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] أ فتان أنت يا معاذ[/sc_typo_arabic]

Artinya: “Apakah kamu menjadi seorang tukang fitnah wahai Mu’adz?!!!.”

KALIMAT YANG CUKUP KERAS.

Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mengucapkan kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu:
[sc_typo_arabic type=”regular” textalign=”right”] إنك امرؤ فيك جاهلية[/sc_typo_arabic]

Artinya: “Sesungguhnya engkau adalah seseorang yang memiliki sifat-sifat Jahiliyah“.

Apa (yang dimaksud) manhaj?? BUKAN MANHAJnya, tetapi ada beberapa hal yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memandang perlu untuk DIPERINGATKAN DENGAN KERAS.
Tapi siapakah Abu Dzar??? Seorang shahabat mulia.
Siapa pula Mu’adz bin Jabal??? Salah satu ‘ulama shahabat.

Tetapi Para Hizbiyyun pengekor Al-Halabi, Al-Mutalawwinun, Al-La’abun, Al-Makirun (MLM) juga memanfaatkan kesempatan ini (untuk menebar syubhat):
“Ketika Syaikh Ubaid mentahdzir Muhammad Al-Imam kalian segera menyebarkannya. Sementara ketika tahdzir beliau terhadap Syaikh Ahmad Bazmul, kalian tidak berbicara dan kalian sembunyikan.”

Jawabannya :
BERBEDA dua hal ini.
asy-Syaikh ‘Ubaid mentahdzir Muhammad Al-Imam karena MANHAJ dan BID’AH yang ia lakukan.
Sementara asy-Syaikh ‘Ubaid berfatwa tentang asy-Syaikh Ahmad Bazmul BUKAN karena manhajnya.
Dan beliau (asy-Syaikh Ahmad) menerima hal dan menyadari (kesalahannya).

Sedangkan Muhammad Al-Imam mempertahankan diri dengan gaya dan ciri khasnya seakan ia tidak melakukan kesalahan. Ketika sebagian murid-muridnya menyatakan ia terpaksa dalam menandatangani (Al-Watsiqah). Ternyata pada khutbah Idul Fitri (1435 H) berkhutbah menyampaikan dengan tegas bahwa dirinya TIDAK TERPAKSA menandatanganinya. Mungkin murid-murid tadi kebingungan dengan pernyataan tersebut.

Perbedaan kedua :
tahdzir terhadap Muhammad Al-Imam (Mubtadi’ Ikhwani) DIDUKUNG oleh para Ulama Kibar lainnya, tidak ada yang mengingkarinya.
Sedangkan terkait dengan asy-Syaikh Ahmad Bazmul, para ulama menasehatkan para thalabul ‘ilmi untuk diam tidak membicarakannya, insya Allah sedang ditangani oleh Para Ulama.

Oleh karena itulah Asatidzah diam. Asatidzah menyebarkan sebuah tahdzir karena telah diizinkan oleh Para Ulama.
Dan tidak menyebarkan tahdzir juga atas dasar nasehat ulama.

unduh

WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia

Terbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Baca juga
Close
Back to top button